Jika kita mau memahami maksud nikmat, kita perlu memahami perjalanan hukum sebab musabab yang sampai kepada kita. Kita melihat beberapa orang menerima benda yang serupa dan menghadapi keadaan yang serupa tetapi keadaan jiwa mereka tidak serupa. Ada orang yang terus menerus merungut walau sebanyak mana harta yang diterimanya. Ada orang yang terus menerus berkeluh-kesah walaupun keadaan yang menguntungkan mendatanginya. Ada pula orang yang sentiasa tentram walaupun tidak didatangi harta. Namun, dia tetap tentram walaupun didatangi keadaan cemas atau kesusahan. Jika kita renungkan dengan mendalam kita dapat merasakan bahwa apa yang mendatangi kita adalah alat, sementara sesuatu yang datang bersama-sama alat itulah yang menimbulkan nikmat ataupun sebaliknya. Alat yang datang mungkin serupa tetapi sesuatu yang ikut serta itu tidak serupa. Mata benda dan kejadian hanyalah kenderaan yang membawa utusan, dan utusan inilah yang mencetuskan kebahagiaan atau keresahan. Utusan inilah yang perlu disingkap untuk mengenali nikmat atau celaka.
Secara umumnya sebab musabab turun mengenai manusia melalui tiga saluran.
Saluran pertama dinamakan saluran dosa. Apa saja yang turun melalui saluran ini menjadi hukuman terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan, semuanya memberi tekanan kepada jiwa.
Pemilikan harta yang banyak tidak memberi kepuasan kepadanya.
Pemilikan isteri yang cantik tidak menyejukkan pandangannya. Tidak ada nikmat yang turun melalui saluran ini. Semuanya membawa tekanan kepada jiwa sebagai balasan kepada dosa-dosa yang telah dilakukan.
Jika perkara yang seharusnya menyenangkan seperti memiliki harta yang banyak dan isteri yang cantik masih memberi tekanan kepada jiwa, apa lagi pada perkara yang dipanggil bala bencana, tentu saja lebih menekan jiwa.
Yang bertindak pada saluran ini adalah syaitan. Syaitan adalah sahabat kepada orang yang berdosa. Syaitan adalah utusan yang buruk, busuk dan keji. Walau apa pun yang turun melalui saluran ini bau busuk syaitan itulah yang diterima oleh hati. Oleh sebab itu hati tidak dapat merasakan kenikmatan, ketenteraman dan kepuasan.
Saluran kedua dinamakan saluran pembersihan. Apa saja yang turun melalui saluran ini berperanan untuk menyucikan hati. Utusan-utusan yang turun melalui saluran ini berganti-ganti antara yang baik dengan yang buruk. Utusan yang buruk berfungsi sebagai menghukum hati akibat sisa-sisa dosa yang masih melekat pada dindingnya. Utusan yang baik pula berperanan menyucikan dinding hati yang telah ditinggalkan oleh kekotoran dosa. Sebab musabab yang turun melalui saluran ini pada peringkat permulaannya bercampur-campur di antara yang menggembirakan dengan yang menekankan. Tekanan dan kelapangan yang berganti-ganti itu melahirkan kesabaran pada hati orang berkenaan. Bila hati sudah bersih sepenuhnya daripada dosa, maka hanya proses pembersihan yang berlaku, tidak ada lagi hukuman. Pada peringkat ini hanya utusan yang baik-baik membawa sebab musabab kepadanya. Utusan yang baik-baik itu adalah para malaikat yang membawa perintah Alloh. Bila tidak ada lagi gangguan dari yang kotor hati dapat memperteguhkan kesabarannya.
Saluran ke tiga dinamakan saluran peningkatan darajat. Hati yang sudah menerima hukuman dosa dan telah pula menjalani proses penyucian, layak untuk dibawa naik kepada Alloh. Sebab musabab yang turun melalui saluran ini berperanan membawa hamba hampir dengan Robbnya. Semua perkara yang datang dibawa oleh utusan yang baik-baik, dipelihara agar tidak diganggu oleh golongan kotor dan ditapis terlebih dahulu supaya yang dibawa itu tidak memudaratkan penerimanya. Oleh itu tidak ada sebarang tekanan dan kekeliruan pada hati yang berada di dalam saluran ini. Hati sudah melepasi peringkat sabar dan masuk ke dalam rido’. Walaupun bala bencana yang besar turun melalui saluran ini namun, hati tidak sedikit pun terusik, keridoan sejati terhadap ketentuan Alloh menguasainya. Bala bencana itu dirasakan oleh hati sebagai nikmat.
Begitulah tiga saluran turunnya hukum sebab musabab yang menentukan nikmat atau celaka kepada hati yang menerimanya. Ada satu lagi saluran yang khusus bagi orang yang dipilih khusus oleh Alloh.
Orang yang pada peringkat ini sudah selamat dari wahmun sebab musabab dan tidak lagi melihat kepada sebab musabab. Penglihatan mata hatinya berpindah dari melihat perjalanan sebab musabab kepada memerhatikan perbuatan Alloh yang berjalan disetiap ayunan langkahnya, disetiap kedipan matanya, disetiap helaan nafasnya, disetiap detakan jantungnya bahkan disetiap perjalanan yg terlintas dalam hatinya.
Alloh tidak tunduk kepada hukum sebab musabab di dalam menentukan keputusanNya dan Dia tidak memerlukan sebab untuk berbuat sesuatu yang dikehendakiNya.
Penglihatan orang pada peringkat ini hanya tertumpu kepada Alloh, baik dalam kenikmatan maupun dalam menghadapi malapetaka.
Bila Alloh menjadi terang benderang, niscaya putuslah segala hukum sebab musabab, dan apabila Alloh dapat dilihat dengan penyaksian hakiki dengan mata hati niscaya putuslah segala nisbah.
Dalam alqur’an Alloh mengatakan “ Ketahuilah...Dengan jalan dzikir/ingat kepada Alloh maka hati akan senang”
Ternyata kesenangan itu timbul dalam sebuah hati yg benar-benar sudah mapan mengingat sang pemberi nikmat, sudah terbuai dalam pelukan mahabbatillah. sudah terselimuti dengan curahan rohmaniyyahnya Alloh.
◄◄●════════◄●►════════●►►