Cari Blog Ini

Memerangi Hawa Nafsu

Pokok dari semua maksiat adalah karena ingin memuaskan dan memanjakan hawa nafsu. Siapapun yang ingin selalu memanjakkan nafsu pasti akan tergelincir, karena ketika sedang memanjakan nafsu, disana ada setan yang menumpang didalamnya sehingga mudah baginya untuk menjerumuskan seseorang kepada maksiat. Pada hakikatnya hawa nafsu akan selalu mengajak kepada kejahatan, seperti apa yang difirmankan Allah pada surat Yusuf ayat 53 :

"Dan aku tidak mengakui kebersihan diriku, karena hawa nafsu itu selalu mengajak (menyuruh) berbuat kejahatan, kecuali bagi siapa yang mendapat rahmat (perlindungan) Allah, sungguh Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang."

Hawa nafsu memang sudah diciptakan oleh Allah untuk ditanamkan dalam diri manusia, dan itu sesuatu yang tidak bisa ditolak keberadaannya. Namun nafsu itu bisa dikendalikan. Untuk mengendalikannya nafsu harus diperangi agar tidak menjerumuskan kita kepada perbuatan maksiat.

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa memerangi hawa nafsu adalah jihad yang paling diwajibkan. "Barangsiapa yang memerangi hawa nafsu karena Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan yang diridhai-Nya, yang akan menghantarkannya kepada surga. Dan barangsiapa tidak memeranginya, maka ia akan ditelan hawa nafsunya."

Sejalan dengan Ibnul Qayyim, Al-juanid mengatakan, "barangsiapa memerangi hawa nafsunya karena Allah dengan cara bertobat, maka Allah benar-benar akan menunjukkan jalan keikhlasan. Orang yang memerangi musuhnya secara zahir tidak akan menang, kecuali jika ia juga memerangi secara batin. Barang siapa menang dalam memerangi hawa nafsunya berarti ia menang memerangi musuhnya, dan barangsiapa kalah dalam memerangi hawa nafsunya berarti ia kalah dalam memerangi musuhnya."

Nafsu adalah musuh terbesar yang ada didalam diri setiap manusia. Jika berhasil memeranginya, maka akan melahirkan kegembiraan, kenikmatan, keberuntungan dan kelapangan hati. namun bila gagal memeranginya maka akan melahirkan kepedihan, kesempitan dan kehampaan hati, bahkan akan mendatangkan azab dari Allah.

Ibnul Qayyim berkata, "Perangilah hawa nafsumu, dan engkau tidak akan ditimpa malapetaka kecuali karna nafsumu. janganlah engkau meremehkannya, demi Allah, sebaik-baik manusia adalah yang tidak meremehkan hawa nafsunya. Orang tidak akan mulia jika ia tidak merendahkan hawa nafsunya, tidak akan menguasainya jika tidak menghancurkannya, tidak akan merasa aman jika tidak menakut-nakutinya, tidak akan bisa tenang jika tidak melumpuhkannya dan tidak akan merasa gembira jika tidak menjadikannya sedih."

Memerangi nafsu itu tidak mudah, namun lebih tidak mudah lagi menahan konsekuensi yang diakibatkan dari seringnya memanjakan hawa nafsu, seperti terputusnya nikmat, hilangnya waktu yang menyebabkan kerugian dan penyesalan, lenyapnya harta benda, tertutupnya pintu kebaikan, dilanda duka cita, dan semua penderitaan itu tidak sebanding dengan nikmatnya memuaskan hawa nafsu yang hanya sesaat.

Imam Al-Ghazali mengatakan, bahwa untuk memerangi hawa nafsu harus dilakukan upaya pendisiplinan diri, yaitu dengan mendisiplinkan diri untuk membiasakan menahan nafsunya. Imam Al-ghazali mencontohkan upaya pendisiplinan diri ini ketika berhadapan dengan nafsu makan. Misalnya setiap pagi kita disediakan makanan berupa sebuah roti dalam keadaan yang sedang sangat lapar. Untuk mendisiplinkan diri menahan nafsu, maka kita hanya diperbolehkan untuk memakan setengah dari roti tersebut. Dan itu harus dilakukan setiap hari sampai kita terbiasa untuk menahan nafsu tersebut.

Diri ini memang harus dibiasakan untuk selalu menahan nafsu. Pun begitu dengan harus dibiasakan untuk selalu berbuat hal-hal yang disukai oleh Allah. Karena diri ini ibarat sebuah wadah kosong, jika hanya dipenuhi oleh kecintaan untuk memanjakan hawa nafsu, maka tidak tersisa lagi ruang untuk kecintaan kepada Allah. begitupun sebaliknya, jika wadah ini dipenuhi oleh kecintaan untuk melakukan perbuatan yang disukai oleh Allah, maka tidak akan ada lagi ruang untuk mengisinya dengan kecintaan kepada perbuatan - perbuatan yang didasari untuk pemuasan hawa nafsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar