Segala bentuk ibadah akan terwujud dalam diri seorang hamba manakala memenuhi tiga landasan yang sangat mendasar: adanya hubb (kecintaan), khauf (takut), dan raja` (pengharapan). Jadi yang benar adalah hendaknya beribadah kepada Allah dengan kecintaan kepadaNya, mengharap pahalaNya, dan takut akan siksaNya.
Khauf dan raja` adalah dua ibadah yang sangat agung. Bila keduanya menyatu dalam diri seorang mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupannya. Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa dirinya untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan; sementara roja` akan menghantarkan dirinya untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-nya 'Azza wa Jalla.
Khauf (takut) adalah ibadah hati, tidak dibenarkan khauf ini kecuali terhadap-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Khauf adalah syarat pembuktian keimanan seseorang.
Allah berfirman: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." [QS. Ali Imran: 175).
Untuk menimbulkan rasa takut, di kitab RiyadlusShalihin dijelaskan bahwa ada empat hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat:
- Untuk apa saja umur kita dihabiskan?
- Bagaimana ilmu kita diamalkan?
- Bagaimana harta diperoleh dan dikeluarkan untuk apa saja?
- Badan kita dipergunakan apa saja ketika kita hidup di dunia?.
Adapun raja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
[QS. Al-Baqarah: 218].
Allah juga berfirman, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada tuhannya."
[Al-Kahfi: 110].
Berkata Ibnul Qoyyim dalam "Madarijus-Salikin": "Orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal". Dengan demikian, raja` kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya: pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba; kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh dan bergegas dalam kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar