Seorang hamba dalam menempuh perjalanan ibadahnya ada yang cenderung memperbanyak ibadahnya sekitar anggahota badan, maka ini disebut amal Jawarih, seperti sholat, zakat, menolong orang dalam kesusahan dll.
Ada juga seorang hamba dalam ibadahnya cenderung memperbanyak mengolah qolbu, maka ini dinamakan amal Ruhani, seperti ikhlas, ridlo, syukur, mahabbah dll.
Rasulullah bersabda:
"Ketahuilah..., di dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh menjadi baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuhpun ikut rusak. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati"
HR. Bukhary dan Muslim.
Jelas sekali bahwa qalbu itu kata Nabi ibarat central, bisa juga diibaratkan seorang raja, andaikata raja bicara A, maka seluruh bawahan dan rakyatnya akan bicara A. Itulah hebatnya yang namanya qolbu.
●—●—●—●—♥—●—●—●—●
Ada dua ciri Muslim.
Pertama.
Ketika berusaha sangat menjaga nilai-nilai, sehingga kalau dia mendapatkan sesuatu, dirinya lebih bernilai daripada yang dia dapatkan. Kalau dia mendapat uang, maka dia dihormati bukan karena uangnya, tapi karena kejujurannya. Kalau dia mempunyai jabatan, dia disegani bukan karena jabatannya, tapi karena kepemimpinannya yang bijak, adil dan mulia.
Kedua.
Setelah mendapatkannya dia manfaatkan semaksimal mungkin. Kita seringkali menganggap bahwa keuntungan itu adalah sekitar uang, sehingga sibuk menumpuk harta kekayaan untuk bermewah-mewahan.
Firman Allah:
◄Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Alloh dan ingatlah Alloh sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung►
( 62 Al Jumu'ah: 10).
Carilah karunia Alloh, bukan uang. Sesungguhnya keuntungan itu tidak identik dengan uang. Walaupun tidak mendapatkan uang, jika niatnya lurus dan cara berikhtiarnya benar, maka kita sudah beruntung, Alloh yang akan mendatangkannya suatu saat kelak.
Alat ukur keuntungan dalam berbisnis atau bekerja itu ada lima.
Pertama.
Yang namanya untung itu adalah kalau apa yang kita lakukan menjadi amal soleh, walaupun belum (atau bahkan tidak) mendapatkan uang, tetapi jika telah berkesempatan menolong orang lain, meringankan beban orang lain, memuaskan pembeli atau melakukan apapun yang menjadi kebaikan di sisi Alloh, maka semua itu sudah merupakan keuntungan.
Kedua.
Yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa membangun nama baik (citra diri) kita. Jangan sampai kita mempunyai banyak uang, tetapi nama baik kita hancur, dikenal sebagai penipu, pendusta atau koruptor. Apalah artinya kita mempunyai banyak harta, tapi citra kita hancur. Kekayaan kita bukan pada tempelan (uang, pangkat, jabatan), kekayaan kita ialah yang melekat pada citra diri kita.
Ketiga.
Yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa menambah ilmu, pengalaman, dan wawasan. Jika kita mempunyai banyak uang, tetapi tidak berilmu, sebentar saja bisa hangus uang kita, tidak sedikit orang yang mempunyai uang, tetapi tidak memiliki pengalaman, sehingga mereka mudah tertipu. Sebaliknya, misalkan uang kita habis karena dirampok, kalau kita memiliki ilmu, pengalaman, dan wawasan, kita bisa mencarinya lagi dengan mudah.
Keempat.
Yang namanya untung adalah kalau apa yang kita lakukan itu bisa membangun relasi atau silaturahmi. Oleh karenanya, jangan pernah hanya karena masalah uang hubungan baik kita dengan orang lain menjadi hancur.
Kalo setiap orang yang terluka oleh kita, dia akan menceritakan luka di hatinya kepada orang lain, dan ini akan menjadi benteng yang memenjarakan.
Jangan mencari musuh, tapi perbanyak kawan, kalau kawan sudah mencintai kita, mereka akan bersedia untuk membela dan berkorban untuk kita, setidaknya mereka akan menceritakan sesuatu yang baik tentang kita.
Kelima.
Yang namanya untung itu tidak hanya sekadar untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri, tetapi apa yang kita lakukan itu justru harus menguntungkan dan memuaskan orang lain juga.
Oleh karena itu, kalau kita sudah meyakini bahwa pembagi rizki adalah Alloh, maka bisnis kita bukan lagi dengan manusia, tetapi dengan Alloh, penggenggam setiap rizki.
Waspadalah terhadap bisnis yang tidak menjadi amal, yang tidak menjadi nama baik, yang tidak menjadi ilmu, yang memutuskan silaturahmi, dan yang mengecewakan orang lain. Karena semua itu bukan keuntungan, tetapi bencana.
◄◄●════════◄●►════════●►►
Tidak ada komentar:
Posting Komentar